Jumat, 29 Maret, 2024

Sumsel dan Kalsel Dijadikan Contoh Pengembangan Rawa

MONITOR, Bogor – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Amran Sulaiman, menegaskan lahan rawa harus menjadi tumpuan produksi pangan di masa depan. Pengembangan rawa untuk pangan juga harus dilakukan terpadu dengan menyentuh semua aspek seperti teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan yang berbasis riset dengan kearifan lokal. “Sejarah membuktikan masyarakat lokal Sumsel dan Kalsel telah berhasil sejak dulu,” kata Amran pada rapat koordinasi di Bogor kemarin (26/6).

Amran juga meminta peneliti Balitbangtan membumikan hasil-hasil inovasinya agar bisa diadopsi petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. “Kita integrasikan local wisdom dengan kajian ilmiah,” kata Amran. Tentu sebagai eksekutor adalah pemerintah daerah yang diharapkan menjadi integrator untuk menggerakkan petani dan penyuluh pertanian.

Pengembangan rawa untuk pangan itu dilakukan dengan program Serasi dengan 2 model pengembangan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. “Grand design disusun lintas stakeholder seperti Balitbangtan, Ditjen teknis, dan pemda di kedua provinsi,” kata Amran.

Menurut Amran, program pengembangan lahan rawa bukan mimpi di siang bolong karena Kementan telah membuktikan banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. “Pada kurun 2015-2019 anggaran Kementan melandai, tetapi kita mampu buktikan eksport meningkat sampai 10 juta ton dengan rata-rata 300 juta ton, PDB sektor pertanian 3,7% dan inflasi turun rata-rata 1% pada periode tersebut. Intinya tidak ada yang mustahil,” kata Amran.

- Advertisement -

Menurut peneliti di BPTP Sumatera Selatan, Budi Raharjo, para peneliti di Sumatera Selatan siap mendukung program tersebut. “Dengan dukungan pusat, maka pasukan di daerah siap begerak,” kata Budi.

Demikian pula Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) di Kalimantan Selatan bertekad untuk mendampingi teknologi dan inovasi untuk pengembangan model di kedua provinsi tersebut. “Sejumlah peneliti dan teknisi yang telah kami latih akan tinggal mendampingi di lapangan,” kata kepala Balittra, Hendri Sosiawan.

Di lapangan Kementan membuat demfarm yang dilaksanakan peneliti bersama petani dan penyuluh pada suatu kawasan yang memperagakan berbagai teknologi usahatani yang unggul dan telah teruji untuk dilihat, dicoba, dan dicontoh oleh petani sasaran.

Kawasan demfarm di Kalsel dan Sumsel dapat menjadi Kawasan Pertanian Sejahtera (Sapira) yang terdiri dari dua cluster. Cluster lengkap di dua lokasi dan cluster tidak lengkap di tujuh lokasi.

Cluster lengkap meliputi berbagai teknologi budidaya berbagai komoditas seperti padi, hortikultura, itik, dan ikan dengan alsintan, kelembagaan, dan bimbingan teknik. Sedangkan cluster tidak lengkap hanya teknologi budidaya padi.

Kawasan demfarm melibatkan komponen fisik berupa penataan air dan lahan, teknologi, kelembagaan, manajemen riset dan koordinasi dalam suatu kawasan, serta dilaksanakan untuk mempercepat proses diseminasi. “Semoga dampak kegiatan ini peningkatan hasil dan sekaligus kesejahteraan petani,” kata kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Husnain.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER