Selasa, 23 April, 2024

Tenaga Kerja Indonesia Dituntut Kuasai Bahasa Asing

MONITOR, Jakarta – Tepat tanggal 8 Agustus 2017 merupakan hari peringatan ke 50 tahun ASEAN. Indonesia termasuk salah satu negara penggagas dan aktif dalam organisasi ASEAN bahkan Indonesia didaulat menjadi ibukota ASEAN.

Tepat akhir tahun 2015 yang lalu, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan serta Bahasa Inggris resmi menjadi bahasa utama MEA. Setiap negara di kawasan ASEAN sepakat untuk membuka diri di bidang perdagangan barang, jasa, dan tenaga kerja. 

Namun, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian masyarakat Indonesia karena tenaga kerja Indonesia dinilai belum siap untuk bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Bisa dipastikan, pasar tenaga kerja Indonesia akan dibanjiri oleh tenaga kerja asing dan tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data Bank Dunia menunjukkan tingkat pengangguran Indonesia masih relatif tinggi yaitu mencapai 5,8%, jauh di atas Thailand (0,8%), Singapura (2%), dan Malaysia (2,9%). Permasalahan lainnya yang dihadapi adalah kualitas pekerja terampil.  ASEAN Productivity Organization (APO) merilis bahwa dari 1000 tenaga kerja, 

- Advertisement -

Indonesia hanya memiliki (4,3%) tenaga kerja terampil lebih kecil dari negara ASEAN lainnya seperti Filipina (8,3%), Malaysia (32,6%) dan Singapura (34,7%).

Selain kekurangan tenaga kerja terampil, tenaga kerja Indonesia juga memiliki kekurangan dalam berbagai hal. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa kesenjangan terbesar yang dimiliki tenaga kerja lokal adalah 44% penggunaan bahasa Inggris, 36% keterampilan penggunaan komputer, keterampilan berperilaku (30%), keterampilan berpikir kritis (33%), dan keterampilan dasar (13%).

Indonesia perlu mereformasi sistem edukasi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. “Perlu adanya reformasi di sistem edukasi dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia. Dalam hal edukasi BEKRAF memiliki program-program yang sifatnya langsung kepada pelaku kreatif, misalkan bisnis plan untuk para pelaku bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM), coding mum, kemudian program IKKON yang mengirim para pelaku industri kreatif yang handal ke desa-desa untuk melatih para pengrajin membuat produknya lebih inovatif dan layak di pasaran; program-program musik, dan masih banyak program mengedukasi para pelaku kreatif yang bertujuan untuk membangun sumber daya manusia dan tenaga kerja yang terampil. Hal ini tentu bisa kita upayakan bersama dengan cara kolaborasi antara pemerintah, perusahaan swasta, institusi pendidikan, dan masyarakat secara luas,” ujar Toar R.E Mangaribi, Kepala Subdirektorat Edukasi Subsektor Ekonomi Kreatif Bekraf.

Toar juga menyarankan bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan. “Saya berpendapat bahwa Indonesia dengan potensi ekonomi kreatifnya yang tersebar di pelosok Indonesia begitu kaya, Bekraf akan berusaha untuk mendorong potensi tersebut bisa dipasarkan di luar negeri yang akan menjadi nilai tambahan bagi negara, diharapkan dengan adanya program-program ekonomi kreatif dan melibatkan kementerian lain yang mendukung sektor Bekraf, tenaga kerja Indonesia di luar negeri kedepannya diharapkan sudah lebih berkualitas, tidak lagi sebagai pekerja buruh,” tegasnya.

Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu ditingkatkan untuk mencetak tenaga kerja Indonesia agar dapat bersaing dengan negara tetangga adalah dengan menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris akan menjadikan Indonesia sebagai sumber utama SDM berkualitas di lingkungan ASEAN dan tentu saja akan meningkatkan pendapatan dari tenaga kerja Indonesia.

Akan tetapi, masih banyak juga tantangan bagi tenaga kerja di Indonesia untuk mendapatkan jasa kursus Bahasa Asing di Indonesia, seperti terbatasnya tenaga pengajar profesional atau pengajar asing bahkan di kota besar seperti di Jakarta, Jika adapun biayanya akan sangat mahal. Selain itu jadwal kelas di tempat kursus yang tidak fleksibel, terbatasnya jumlah tempat kursus berkualitas sehingga membuat kita harus bepergian jauh jika ingin belajar di tempat kursus tertentu.

“Kami menyadari bahwa kebutuhan bahasa asing terutama bahasa inggris di kawasan ASEAN semakin besar, terlebih bahasa inggris merupakan bahasa resmi untuk kawasan ASEAN. Untuk itu, Squline mencoba untuk memberikan solusi pembelajaran bahasa asing kepada para tenaga kerja di Indonesia. Squline adalah platform pembelajaran Bahasa asing dengan format belajar tatap muka secara online dengan pengajar profesional di bidang bahasa asing. Bahkan untuk kelas Bahasa Inggris kami mendatangkan guru dari Filipina dengan metode pembelajaran multimedia dan Web–based Learning Management System (LMS) untuk membantu manajemen kegiatan belajar mengajar antara pengajar dan murid di Indonesia”, ungkat Tomy Yunus, CEO Squline.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER