Jumat, 29 Maret, 2024

Strategi Jitu Menggaet Pemilih Pemula di Pilkada 2018

MONITOR – Eksistensi anak muda tidak bisa dianggap enteng dalam pesta demokrasi seperti pemilihan Kepala daerah (Pilkada) 2018. Jika melihat postur demografi yang sekarang, dari segi jumlah, generasi muda sangat mendominasi. Memasuki era bonus demografi, keberadaan anak muda sangat menentukan dalam pemenangan sebuah pemilihan kepala daerah.

Berkaca dari Pilkada DKI 2017 yang lalu, pilkada yang diyakini sebagai ‘pertarungan’ beraroma pilpres, mesin-mesin pemenangan dimotori oleh generasi muda. Ketiga pasangan calon dalam pilkada DKI 2017 melibatkan peran serta anak muda untuk membuat metode-metode kampanye yang mampu menggaet suara pemilih muda.

Sejumlah strategi untuk merebut hati pemilih muda dapat ditempuh untuk memenangkan kontestasi pilkada 2018, disamping mampu menangkal ‘perang’ SARA yang dapat merugikan semua pihak. Kiat-kiat itu antara lain :

 

- Advertisement -

Membuat Situs ‘Gagasan’

Internet adalah media yang sangat dekat dengan anak muda. Portal kampanye yang resmi dapat dipilih untuk menguraikan gagasan-gagasan calon pemimpin daerah bersangkutan dengan sangat rinci. Di samping itu, ide-ide kreatif dari para simpatisan dapat ditampung dalam situs ini.

Situs yang dibuat dengan konten dan tampilan yang menarik, dapat merangkul anak muda. Mereka merasa bukan bagian dari masalah, tetapi justru solusi dari pelbagai persoalan yang ada, untuk membangun daerah tersebut.

 

Luncurkan Media Sosial Bermartabat

Berkat kemajuan teknologi informasi, kini pengetahuan bukan lagi hanya milik mereka yang berijazah formal. Bahkan, dunia sudah dalam genggaman terutama anak muda. Saling tukar informasi di ruang virtual sudah menjadi keniscayaan. Dan, media sosial menjadi sarananya.

Semua jenis media sosial dapat dipilih oleh para calon pemimpin daerah. Akan tetapi, hendaklah menggunakan akun resmi yang sejenis. Hasrat memenangkan kompetisi yang menghalalkan segala cara dengan memanfaatkan medsos haruslah dihindari.

Misalnya, membayar para buzzer untuk melahirkan akun-akun anonym dan melakukan black campaign. Mungkin ini bisa memengaruhi pemilih muda, tetapi tidak akan massif. Perlu dicatat, anak muda kini tidak gampang terkena isu SARA, mereka lebih plural dari generasi sebelumnya.

Calon pemimpin yang berintegritas mestinya mewajibkan diri turut menyadarkan publik untuk membangun komunikasi yang cerdas dan berimbang di medsos sehingga dapat memberikan harapan baru bagi sebuah kompetisi politik yang sehat.

 

Kampanye Damai melalui Konser Musik

Musik memiliki nilai universal, setiap orang suka dengan musik. Tim pemenangan bisa menggelar konser musik damai untuk mendulang suara anak muda. Jika kita menilik kembali pilpres 2014, konser musik yang digelar oleh relawan Jokowi pada saat itu, diyakini mampu membius generasi muda untuk ikut andil mendukung visi dan misi Jokowi.

Konser damai bertajuk “salam dua jari” yang dibalut tema pluralisme dianggap sukses menarik pemilih muda karena mewakili feel-nya anak muda.

 

Menghidupkan komunitas kreatif

Tidak bisa dipungkiri, meningkatnya ekonomi kreatif dipelopori oleh para pekerja kreatif. Para penggiat karya-karya kreatif ini adalah zonanya anak muda.

Aktivitas ekonomi digital juga diinisiasi anak muda. Pasar-pasar virtual yang menjamur juga dilengkapi dengan produk-produk kreatif yang potensial, membutuhkan infrastruktur dan peraturan-peraturan daerah yang mendukung kegiatan mereka.

Calon pemimpin daerah bisa mendekati mereka dengan tawaran program sesuai dengan apa yang anak muda kreatif itu butuhkan untuk mendorong mereka lebih maju dan berdaya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER