Kamis, 28 Maret, 2024

Berharap pada Harapan

MONITOR – Bagi yang akrab film Hollywood, tentu tak asing dengan semangat untuk tidak pernah berhenti berharap. Hope, kata mereka. Bahkan film Superman dalam Man of Steel menyebut lambang "S" di dada Superman bukan sebagai akronim Superman, tapi semacam simbol yang bermakna harapan.

Harapan oh harapan. Setiap detak jantung kita seakan tak pernah berhenti dari menyusun harapan demi harapan. Lihat saja harapan seorang anak yang kelak bisa menjadi dokter atau insinyur. Harapan orang tua kepada  anaknya agar kelak berbakti kepada dirinya. Harapan kekasih  agar pujaan hatinya  selalu setia menjaga dan menyinta. Hingga Harapan seorang pedagang agar barang dagangan selalu laris manis tanjung kimpul. Seakan, hidup adalah Tanjung Harapan. Dan bumi ini adalah rumah raksasa bernama Rumah Harapan.

Manusia senantiasa punya harapan lantaran dirinya yakin akan adanya sesuatu yang lebih baik di masa mendatang. Tak hanya itu, harapan juga selalu muncul karena manusia punya kecenderungan untuk berasumsi bahwa hal yang terbaik adalah sesuatu sebagaimana yang diharapkan.

Jika kita tengok, begitu banyak ungkapan dalam mengekspresikan harapan. Kadang harapan itu tampil dalam semoga, kadang bernama seandainya, kalau saja, nanti jika, nanti bagaimana, bahkan doa dan cinta.

- Advertisement -

Ya cinta adalah harapan itu sendiri. Siapa yang tidak berharap akan cinta? Harapan dicintai, dihargai, dihormati, diperhatikan, dan seterusnya. 

Salah kah kita berharap? Haramkah kita berharap? Bukan itu persoalannya. Persoalannya adalah "kepada siapa kita semestinya berharap." Karena, dari harapan yang digantungkan itu, manusia terlalu sering kecewa. 

Apa sih yang tidak mengecewakan dalam hidup ini? Apakah ada? Bukan kah semua fana. Bukankah semua ada batas akhirnya? Jika yang kita harapkan jelas-jelas pasti hancur alias  fana, kenapa masih saja semua itu kita jadikan harapan? Rasanya hanya orang bodoh yang mau bersandar kepada apa dan siapa pun yang pasti rusak, hancur, dan tak abadi.

Kita kembali mengamati diri, seberapa banyak laku  dalam hidup ini yang selalu kita sandarkan pada makhluk. Tentu hanya Allah Yang Maha Abadi. Dialah Sang Pengatur alam yang tak akan pernah mengecewakan. 

Sahabat Semesta, selama kita masih berharap kepada selain-Nya, maka siapkan lah pagelaran kekecewaan dan ritus ratapan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER