Rabu, 24 April, 2024

Pemenuhan Gizi Ibu Hamil Selamatkan Generasi Bangsa

MONITOR, Bogor – Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN sekaligus ahli gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Rizal Damanik menegaskan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil selain melahirkan bayi yang sehat, namun juga sebagai syarat utama untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa. 

“Kita semua tahu, jika negara memiliki generasi yang sehat dan cerdas, negara akan maju dan kuat di segala bidang. Jadi program gizi ibu hamil harus menjadi fokus bersama,” ungkap Prof. Rizal di Bogor, Jumat (19/1/2018).

Untuk diketahui, program pemenuhan gizi ibu hamil ini telah diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2013 tentang percepatan perbaikan gizi yang disebut dengan Program Penentuan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). 

Oleh karena itu, Prof. Rizal mengungkapkan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil harus menjadi program yang perhatian khusus dan membutuhkan sinergi dengan semua pihak. Sebab, di Indonesia angka kurang gizi khususnya pada balita mencapai 17 persen pada tahun 2017. Angka ini berdasarkan kecukupan berat badan pada balita. 

- Advertisement -

“Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas WHO yakni 10 persen, Indonesia masuk dalam kondisi darurat,” ungkapnya.

Menurut Prof. Rizal, apabila kurang gizi dialami sejak kecil, dampaknya menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal pada organ-organ tubuhnya. Alhasil, kecerdasan anak, yakni kemampuan daya tangkap otak menjadi rendah. 

“Jika hal ini terjadi, maka individu-individu tersebut akan tumbuh menjadi generasi yang lemah baik fisik maupun kecerdasan otaknya,” jelas dia.
 
Prof. Rizal menyebutkan adapun salah satu dampak jika dalam satu daerah mengalami kurang gizi, yakni masyarakat akan tumbuh menjadi generasi pemalas dan tidak kuat bekerja. Sehingga dipastikan akan muncul berbagai masalah sosial seperti premanisme. 

“Biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah ini pun jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya mencegah kurang gizi dari awal,” bebernya.

“Jadi, masalah kurang gizi adalah masalah yang sangat serius karena akan berdampak panjang. Kurang gizi merupakan masalah utama dari munculnya berbagai masalah,” sambungnya.
 
Perlu diketahui, kasus kurang gizi pada balita umumnya berawal dari bayi yang terlahir stunting atau bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yakni kurang dari 2,5 kg. Kondisi bayi ketika lahir tentu dipengaruhi oleh kondisi ibu saat hamil. 

Akan hal ini, Prof. Rizal membeberkan upaya nyata untuk menyelesaikan masalah ini yakni melalui program ini pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil, penanggulangan kecacingan, dan pemberian zat besi dan folat. 1000 HPK dimulai dari saat konsepsi atau kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

"Program ini sudah sangat bagus dan harapannya semoga bisa semakin merata dirasakan oleh ibu-ibu hamil di seluruh Indonesia," ujar Prof. Rizal. 

Di samping itu, lanjutnya, sangat dibutuhkan juga kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Hal ini penting karena masalah gizi merupakan masalah yang saling berkaitan antara satu lembaga dengan lembaga lain.

“Bukan hanya dibebankan pada satu lembaga saja,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER